Jumat, 06 Januari 2017

Surga Kecil di Peradaban Modern

HIS Domestic Holiday - Blogger Competition




            Di jaman sekarang ini, dimana teknologi semakin canggih kami semakin sulit menemukan tempat wisata yang masih asri, belum terjamah oleh kemajuan teknologi. Waktu itu, bermodalkan nekat dan keinginan untuk menjelajahi pelosok Indonesia, saya dan teman – teman travelling (untuk selanjutnya sebut saja Tim Amorgen), merencanakan untuk pergi ke salah satu pantai di Yogyakarta yang belum banyak orang tahu.
            Tim Amorgen memang terkenal suka dengan wisata alam. Pantai di Yogyakarta hampir seluruhnya sudah kami datangi, hutan dan gunung pun pernah juga kami singgahi untuk menginap. Bahkan pernah kami merencanakan liburan di Indonesia dengan destinasi Pulau Lombok, namun biaya menghambat kami semua untuk pergi ke sana. Namun, kami juga melihat sisi positifnya, yakni dengan menjelajahi kota asal kami, Yogyakarta, maka akan membantu promosi wisata kepada orang luar melalui foto dan cerita yang kami posting dan sebar dari mulut ke mulut.

            Singkatnya, pagi itu kami berlima bersiap untuk menuju Pantai Wohkudu, yang ada di Girikerto, Bantul. Benar saja, selama di perjalanan GPS yang kami pakai tidak menentu arahnya yang dikarenakan sinyal susah didapat dan jalan yang belum terlacak. Namun siapa sangka, bahwa dengan tersesatnya kami justru membuat kami lebih akrab kepada masyarakat. Ya, kami bertanya setiap tersesat mengenai arah dari pantai tersebut.
            Setelah bersusah payah mencari, akhirnya kami menemukan titik terang mengenai arah jalan tersebut. Kami sedikit terhenyak karena jalan yang kami lalui mungkin hanya cukup untuk satu mobil saja, yang berarti apabila ada mobil dari dua arah maka salah satunya harus mengalah. Saya pun berpikir, apabila nanti tempat ini sudah ramai, apakah mungkin akan dilebarkan jalannya, karena kalau melihat kondisi yang ada maka aka nada beberapa rumah yang harus tergusur, kasihan memang, tapi mungkin semua akan berubah karena kondisi jaman yang akan datang.
            Akhirnya, setelah menempuh kurang lebih dua jam perjalanan kami sampai di lokasi. Saat berhenti di sebuah halaman rumah, kami bingung, yang kami pikirkan setelah melihat sekamir adalah, ini dimana pantainya? “Pak, permisi, ini benar Pantai Wohkudu?” teman saya, sebut saja Abdul, mulai bertanya. “Iya mas benar, parkirnya di sini saja.” kata bapak tersebut. “La terus untuk menuju pantainya lewat mana ya?” tanyanya lagi. “Oh ini mas, turun saja lewat jalan setapak itu, lurus aja, nanti ada pohon kelapa belok kanan, sudah ikuti saja nanti sampai.” jawab bapaknya. “Oh makasih pak kalau begitu, titip motornya ya pak, kami pamit mau ke pantainya dulu.” kata kami serentak seraya menuju jalan yang ditunjuk bapaknya.
            Saat mau menuruni jalan setapak tersebut, kami kaget bukan main, jalan yang kami lewati sepenuhnya adalah bebatuan. Kami paham bahwa ini daerah tebing, namun tidak menyangka bahwa tempat ini benar – benar masih alami. Kami pun akhirnya mulai berjalan untuk menuju pantai. Uh, medan yang sulit, dimana batu ada beberapa yang licin dan lancip, sehingga membuat kami harus berhati – hati. “Oh itu pohon kelapanya.” suara Ayu sontak membuat kami tambah semangat untuk segera bertemu pantai tersebur.
            Tidak lama kemudian, kami melihat pemandangan pantai yang amat sangat menyejukkan mata. Kami pun langsung berlari menuju pantai tersebut. Kami pun terhenti sesaat, kami kagum akan pesona pantai ini. Padang rumput yang terletak di antara dua tebing ini serasa bagaikan tempat camping yang menyenangkan apabila kami mau menginap di sini, dibandingkan menginap di hotel, kami lebih menyukai kemah di tempat terbuka seperti pantai ataupun gunung.
            Tiba – tiba kami melihat ada segerombolan kera menuruni tebing sebelah kiri. “Ah gawat, ternyata saking asrinya, masih ada kera, cepat masuk gua!” teriak Rifqi. Kami pun berlari untuk masuk ke dalam gua, berlindung dari target kera tersebut. Setelah sekiranya aman, kami pun keluar dan mulai mengambil foto untuk dokumentasi. “Wah lihat, ada bintang laut dan ikan yang lucu!” teriak Ayu sambil menunjuk hewan tersebut. Kami pun kagum akan pantai ini, layaknya surga para binatang yang menginginkan hidup tenang tanpa terusik oleh tangan nakal manusia. “Lain kali, apakah kita bisa keliling Indonesia, kita bisa cek lewat HIS Travel Indonesia lo, atau cari saja paket wisata domestik apaila kita ingin hemat, tidak perlu booking hotel, kan kita suka menyatu dengan alam.” kataku, seraya menatap mata mereka. “Mungkin, semoga saja.” jawab mereka.

0 komentar:

Posting Komentar