Di jaman sekarang
ini, dimana teknologi semakin canggih kami semakin sulit menemukan tempat wisata yang masih asri, belum
terjamah oleh kemajuan teknologi. Waktu itu, bermodalkan nekat dan keinginan
untuk menjelajahi pelosok Indonesia, saya dan teman – teman travelling (untuk
selanjutnya sebut saja Tim Amorgen), merencanakan untuk pergi ke salah satu
pantai di Yogyakarta yang belum banyak orang tahu.
Tim Amorgen memang
terkenal suka dengan wisata alam.
Pantai di Yogyakarta hampir seluruhnya sudah kami datangi, hutan dan gunung pun
pernah juga kami singgahi untuk menginap. Bahkan pernah kami merencanakan liburan di Indonesia dengan destinasi
Pulau Lombok, namun biaya menghambat kami semua untuk pergi ke sana. Namun,
kami juga melihat sisi positifnya, yakni dengan menjelajahi kota asal kami,
Yogyakarta, maka akan membantu promosi wisata kepada orang luar melalui foto
dan cerita yang kami posting dan sebar dari mulut ke mulut.
Singkatnya, pagi
itu kami berlima bersiap untuk menuju Pantai Wohkudu, yang ada di Girikerto,
Bantul. Benar saja, selama di perjalanan GPS yang kami pakai tidak menentu
arahnya yang dikarenakan sinyal susah didapat dan jalan yang belum terlacak.
Namun siapa sangka, bahwa dengan tersesatnya kami justru membuat kami lebih
akrab kepada masyarakat. Ya, kami bertanya setiap tersesat mengenai arah dari
pantai tersebut.
Setelah bersusah
payah mencari, akhirnya kami menemukan titik terang mengenai arah jalan
tersebut. Kami sedikit terhenyak karena jalan yang kami lalui mungkin hanya
cukup untuk satu mobil saja, yang berarti apabila ada mobil dari dua arah maka
salah satunya harus mengalah. Saya pun berpikir, apabila nanti tempat ini sudah
ramai, apakah mungkin akan dilebarkan jalannya, karena kalau melihat kondisi
yang ada maka aka nada beberapa rumah yang harus tergusur, kasihan memang, tapi
mungkin semua akan berubah karena kondisi jaman yang akan datang.
Akhirnya, setelah
menempuh kurang lebih dua jam perjalanan kami sampai di lokasi. Saat berhenti
di sebuah halaman rumah, kami bingung, yang kami pikirkan setelah melihat sekamir
adalah, ini dimana pantainya? “Pak, permisi, ini benar Pantai Wohkudu?” teman
saya, sebut saja Abdul, mulai bertanya. “Iya mas benar, parkirnya di sini saja.”
kata bapak tersebut. “La terus untuk menuju pantainya lewat mana ya?” tanyanya
lagi. “Oh ini mas, turun saja lewat jalan setapak itu, lurus aja, nanti ada
pohon kelapa belok kanan, sudah ikuti saja nanti sampai.” jawab bapaknya. “Oh
makasih pak kalau begitu, titip motornya ya pak, kami pamit mau ke pantainya
dulu.” kata kami serentak seraya menuju jalan yang ditunjuk bapaknya.
Saat mau menuruni
jalan setapak tersebut, kami kaget bukan main, jalan yang kami lewati sepenuhnya
adalah bebatuan. Kami paham bahwa ini daerah tebing, namun tidak menyangka
bahwa tempat ini benar – benar masih alami. Kami pun akhirnya mulai berjalan
untuk menuju pantai. Uh, medan yang sulit, dimana batu ada beberapa yang licin
dan lancip, sehingga membuat kami harus berhati – hati. “Oh itu pohon
kelapanya.” suara Ayu sontak membuat kami tambah semangat untuk segera bertemu
pantai tersebur.
Tidak lama
kemudian, kami melihat pemandangan pantai yang amat sangat menyejukkan mata. Kami
pun langsung berlari menuju pantai tersebut. Kami pun terhenti sesaat, kami
kagum akan pesona pantai ini. Padang rumput yang terletak di antara dua tebing
ini serasa bagaikan tempat camping yang menyenangkan apabila kami mau menginap
di sini, dibandingkan menginap di hotel,
kami lebih menyukai kemah di tempat terbuka seperti pantai ataupun gunung.
Tiba – tiba kami
melihat ada segerombolan kera menuruni tebing sebelah kiri. “Ah gawat, ternyata
saking asrinya, masih ada kera, cepat masuk gua!” teriak Rifqi. Kami pun
berlari untuk masuk ke dalam gua, berlindung dari target kera tersebut. Setelah
sekiranya aman, kami pun keluar dan mulai mengambil foto untuk dokumentasi. “Wah
lihat, ada bintang laut dan ikan yang lucu!” teriak Ayu sambil menunjuk hewan
tersebut. Kami pun kagum akan pantai ini, layaknya surga para binatang yang
menginginkan hidup tenang tanpa terusik oleh tangan nakal manusia. “Lain kali,
apakah kita bisa keliling Indonesia, kita bisa cek lewat HIS Travel Indonesia lo, atau cari saja
paket wisata domestik apaila kita
ingin hemat, tidak perlu booking hotel, kan
kita suka menyatu dengan alam.” kataku, seraya menatap mata mereka. “Mungkin,
semoga saja.” jawab mereka.
0 komentar:
Posting Komentar